Berkaca Pada Diri
Aku termenung di atas tempat tidur. Siang ini aku terbangun dengan mata penuh kantuk. Kumulai tidur malamku jam 7 pagi. Di saat semua orang sedang segar-segarnya mandi. Bersiap menjalankan rutinitas mereka. Aku berkaca pada diri. Sampai kapan waktuku terus menerus digerus keadaan. Kubuka tablet, dan kuketikan "penerangan jalan umum tenaga surya" masih belum berubah. Satu bulan ini drop. Dan itu memaksaku untuk kembali menaikan halaman http://www.suryaharapan.com/pju-tenaga-surya-30-watt/ ke performa terbaiknya. Sebenarnya tidak begitu berat. Namun, ada satu kata kunci yang sangat menguras waktu dan tenaga. Hanya dua kata "Tenaga Surya" 2 tahun lebih eksis di top one. Sekarang harus terlempar jauh. Untungnya hari ini ada kabar baik. Halaman http://www.suryaharapan.com/paket-lengkap/ justru naik dengan kata kunci Tenaga Surya.
Lelah dan kantuk ini membawa satu kegamangan. Apa yang ingin aku capai selama ini. Jika capaian materi yang aku kejar. Sejauh mana apa yang sudah aku raih. Semua seolah kosong. Aku berjalan dengan start yang sama dengan mereka pemilik marketplace di Indonesia. Namun, bukan saja beda. Tapi aku sudah tidak layak untuk dikomparasikan. Lalu, kemana arah yang hendak kutuju.
Jika semua atas dasar pemenuhan tanggung jawab. Rasanya terlalu naif. Bukankah semua orang memiliki tanggung jawab masing-masing. Tapi mereka berani memilih jalan untuk kebaikan. Oke, aku mungkin baik di mata mereka yang hire jasaku. Namun, mereka tidak pernah tahu seperti apa strategi dan langkah yang aku tempuh. Mereka tidak pernah peduli apalagi soal waktu yang aku habiskan untuk bisnis mereka.
Mayoritas mereka semua sukses. Bahkan sukses BESAR. Paradoks dengan keadaanku. Aku bekerja siang malam untuk mereka hanya untuk beberapa digit yang masuk ke rekening. Aku tidak merasakan bahwa peranku bermanfaat buat mereka. Yang aku tahu yang merasakan manfaat itu hanya owner dari perusahaan saja.
Ya Tuhan, beri hamba jalan. Berkaca pada diri hamba saat ini. Rasanya hamba sangat malu. Sejak kecil berprestasi dalam hal akademik, namun harus terdampar di belantara sampah internet. Berjibaku mempertahankan dan meraih posisi terbaik di mesin pencari. Demi satu kepentingan bisnis mereka. Aku masih bersyukur bisa menjaga batas siapa saja orang-orang yang layak hire jasaku. Setidaknya aku tidak brutal menerima semua klien tanpa filter manfaat sama sekali.
Ingin rasanya, esok ketika aku bangun pagi, ada seseorang yang menyapaku selamat pagi. Timpukan guling dengan celotehan dari si kecil yang membangunkanku. Menyapaku hangat, "papa bangun". Aku merindukannya Tuhan. Lalu aku bangkit bersemangat untuk memulai hari. Giliran menyapa para pekerja di pabrik dan memberi semangat pada mereka. Inilah hidup. Bersyukurlah atas setiap hal. Allah pasti Ridha namun tidak demikian dengan umatnya.